Wednesday 11 August 2010

Women in war...

Penyanyi Arab bergabung dengan para perawat, hakim dan jurnalis untuk misi kemanusiaan walaupun Israel menghalangi

Hidayatullah.com--Kapal bermuatan bantuan untuk Gaza sedang bersiap untuk meninggalkan Tripoli, Libanon minggu ini dalam upaya terbaru untuk menentang blokade Israel - dengan awak kapal hanya terdiri dari wanita.

Saint Mariam atau Virgin Mary, mempunyai penumpang internasional yang beragam dari berbagai keyakinan, termasuk penyanyi Libanon May Hariri dan grup perawat dari Amerika.

"Mereka para perawat, dokter, hakim, jurnalis, Kristen dan Muslim," kata Mona, seorang partisipan yang dengan wanita lainnya, telah mengadopsi nama kapal, Mariam.

Mariam dan kapal saudaranya, Naji Alali, telah berharap untuk bertolak beberapa minggu lalu, tapi mengalami penundaan setelah Israel melakukan misi diplomatik untuk menekan Libanon untuk menghentikan misi ini.

Koordinator perjalanan, Samar al-Haj, mengatakan pada Guardian minggu ini bahwa pemerintah Libanon telah memberikan ijin pada kapal-kapal ini untuk meninggalkan Cyprus, bagian awal dari perjalanan, minggu ini.

Israel mengatakan bahwa mereka prihatin atas armada kecil dari Libanon ini, dimana dengannya Israel memiliki permusuhan yang berkelanjutan masalah penyelundupan senjata ke Gaza.

Duta Israel untuk PBB, Gabriela Shalev, membela dengan memberi peringatan bahwa Israel mempunyai hak untuk menggunakan "tindakan yang diperlukan" yang selaras dengan hukum internasional untuk menghentikan kapal.

Tetapi al-Haj mengatakan bahwa misi tersebut adalah murni kemanusiaan. "Target kami adalah sampai di Gaza," dia mengatakan. "Ini adalah tanggung jawab pemerintah untuk melakukan kesepakatan dalam masalah politik. Kami tidak berpolitik."

Dia mengatakan bahwa semenjak berita tentang armada kecil ini merebak, terdapat banyak permintaan untuk bergabung dengan misi ini, dengan lebih dari 400 orang dari Amerika sendiri. Sedikitnya 10 orang Amerika akan berada di kapan tersebut.

Kapal tersebut telah dimuati dengan peralatan medis dan obat-obatan untuk dibawa ke Palestina.

Para relawan sadar akan adanya bahaya, sebagaimana yang telah dialami oleh armada bantuan lainnya yang membawa bantuan untuk Gaza yang diserang Israel pada bulan Mei.

Serena Shim, seorang wanita yang sedang hamil, memutuskan untuk bergabung dengan pelayaran ini karena keyakinannya bahwa blokade Gaza adalah ketidakadilan.

"Orang-orang tersebut membutuhkan bantuan," katanya.

Saat ditanya bagaimana sikap mereka jiga Israel menyerang, salah satu aktivis, al Tania Kayyalisaid mengatakan, "Kami tidak berencana untuk melawan atau menyerang - tetapi kami tidak akan meninggalkan St Mariam." [tgd/ar/hidayatullah.com]